We All Cry Differently
Ryu Ji Hye dia adalah siswi sekolah
menengah atas, ia sedang mengerjakan tugas matematikanya berteriak dengan kesal
“Tenanglah”. Teriakan itu ia tunjukkan untuk cicadas yang terus mendenging
meyuarakan diri pada alam di malam hari. Tak mau ketinggalan anjing tetangga
sebelah ikut meramaikan suasana malam yang seharusnya sunyi, Ryu Ji Hye makin
kesal. Meskipun merasa terganggu Ryu Ji Hye tetap melanjutkan belajarnya.
Di luar terdengar teriakan
ibu Ji Hye yang mencoba menghentikan kakak laki-laki Ji Hye, yaitu Ji Han, yang
pergi mengendarai motor. Ji Hye tak tahan degan keramaian malam itu dia tak
sanggup menahan kesalnya dia mengadu kepalanya dengan meja.
Suatu
hari di masa lalu Ji Hye dan kakak laki-lakinya berada dalam pelukan ayahnya
dan ibunya mencoba mengajaknya pergi
dan
hidup bersama karena orang tuanya akan berpisah. Saat itu adalah dilema
terhebat di dalam hidupnya. Ji Hye kecil hanya bisa diam dan memandangi
matahari yang bersinar terik di atasnya diiringi suara cicadas yang begitu
nyaring. Ji Hye berucap dalam hati “Pergi atau tidak?”
“Ayah atau ibu?” dengan memandangi orang tuanya secara bergantian dia
memutuskan bahwa
yang akan memberinya es
krim paling banyak yang akan dia pilih.
“Apa
kamu akan pergi?” sebuah suara membuyarkan lamuan Ji Hye , dia adalah teman
satu kelasnya, mereka sedang berada di kantor guru untuk megisi formulir program
belajar bahasa Inggris di luar negeri, kesempatan yang hanya diberikan pada
mereka yang berprestasi. Guru pembimbing mengarahkan prosedur pendaftaran kegiatan
itu dan meyakinkan Ji Hye agar ikut serta karena ini
adalah kesempatan yang bagus.
Siang hari yang terik saat
jam istirahat Ji Hye dan temanya sedang duduk di taman , mereka bersantai dan
membahas program belajar bahasa Inggris , Ji Hye bermimpi suatu saat dia bisa
ke Inggris , dia begitu mengagumi Negara asal The Beatles itu. Kesempatan untuk
pergi dan tinggal di sana akhirnya datang melalui kegiatan belajar bahasa asing
dari sekolahnya, tapi ada keraguan saat mengetahui persyaratan yang harus ia
penuhi agar bisa ikut serta.
Dengan
kesal dia bilang “Berisik”.
Temanya yang dari tadi mengungkapkan pendapatnya tentang kegiatan belajar di
luar negeri yang sepertinya menyenangkan bagai liburan musim panas, bertanya
“Aku?”.
Dengan cepat Ji Hye menjelaskan kalau ucapan itu ia tunjukan untuk cicadas yang
mendeging begitu keras. Dia bahkan berpendapat bahwa suara cicadas itu adalah
polusi karena menggangu ketenangan, dan ia berniat melaporkan pada pemerintah. Selain
itu dia lebih menyukai kecoak dari pada cicadas yang begitu berisik. Temanya
hanya tersenyum menanggapinya.
Di rumahnya Ji Hye selesai
mandi dan membuka rice cooker dan ternyata nasi di dalamya basi dan berjamur.
Ji Hye yang sudah lapar akhirnya membuat ramen. *Praktis dan cepat, makan ramen
di dalam drama korea adalah kebudayaan.
Ibu dan kakak laki-lakinya baru pulang dan mereka bertengkar karena sepeda
motor, Ibu Ji hye tidak mengizinkan ada motor di rumahnya. Ji Hye hanya diam
dan terus makan ramen.
Selesai makan Ji Hye mendatangi ibunya dan menyodorkan formulir dari sekolah,
ibunya yang sedang mengobrol dengan bosnya di telefon mengambil kertas itu dan
menuliskan nomor yang disebutkan oleh bosnya. Ji Hye kaget melihatnya namun mencoba
tenang karena ia ingin meminta uang untuk program belajar ke Inggris itu .
Ibunya bertanya “Ada apa?”
“Ibu punya $2,000?” Tanya Ji Hye balik
Ibunya menanyakan apa maksudnya $2,000, degan tenang Ji Hye membalik
formulirnya.
Ji Hye dan ibunya berdebat , mempermasalahkan program yang akan Ji Hye ikuti.
Pada akhirnya pendapat Ji Hye mambuatnya mendapatkan $2,000.
Ji Hye
membuat esai untuk memenuhi persyaratan pendaftaran, dengan usil kakaknya mendorong
Ji Hye hingga jatuh dari kursi lalu menendang kursi yang diduduki Ji Hye,
dengan alasan akan memakai komputer. Ji Hye dengan kesal bangkit dang
meneruskan tugasnya, kakanya tak menyerah begitu saja dengan terus mengancam, saat masuk ke dalam kamar, tiba-tiba Ji Han jatuh tersungkur dan berteriak
“Kecoak!”
Dengan
histeris dia menghampiri Ji Hye memintanya untuk membunuh kecoak itu, dengan
senyum kemenangan Ji Hye memenginginkan komputer itu dipakainya sampai tugasnya
selesai. Tanpa pikir pajang kakaknya setuju begitu saja. Berbekal buku tebal
dan lemparan yang jitu kecoak tak mampu menghindarinya.Saat membuang kecoak Ji
Hye bergidik ngeri membayangkan jika kecoak hidup bersama manusia dengan
bersuara, akan lebih menakutkan daripada cicadas. Sejauh ini menurutnya kecoak bisa
hidup dengan manusia karena kecoak hanya bergerak tanpa suara.
Saat
sarapan dimanfaatkan oleh Ji Han untuk merayu ibunya agar memanggil pembasmi
serangga, karena dia yakin ada banyak kecoak di rumahnya. Ibunya hanya menanggapinya
dengan santai karena dia tahu Ji Han phobia pada kecoak. Mereka akhirnya
berdebat , dan membuat suasana sarapan pagi menjadi ramai. Ji Hye tetap makan
degan santai dan berucap di dalam hati.
“Ajing menggonggong, Cicadas mendenging, mereka bersuara dengan jelas tapi
kecoak hanya diam.” “Mereka seperti itu untuk bertahan hidup.”
” Bagaimana manusia bertahan hidup?”
“Mereka menjadi paling berisik di antara semuanya.”
Ryu
Ji Hye masuk kamar setelah sarapan , hari ini dia tidak berangkat sekolah
selain karena hari ini hari ulang tahun sekolah , dia akan pergi membuat
paspor. Ibunya tak bisa menemani jadi dia berpesan agar menelfonnya kalau ada
masalah. Ji hye pergi sendirian , saat di jalan dia terganggu dengan suara
cicadas , dan berusaha mengabaikannya.
Saat gilirannya menyerahkan dokumen ke petugas
pembuat paspor Ji Hye terkendala masalah , dia terdaftar sebagai anggota
keluarga ayahnya jadi dia harus mendapat persetujuan ayahnya sebagai wali
sahnya. Dia dianjurkan membawa ayahnya .Ji Hye yang sudah 10 tahun lebih
kehilangan kontak dengan ayahnya mencoba memberi pengertian agar paspornya bisa
diproses.
Tapi tetap saja paspor Ji Hye
tidak bisa diterbitkan. Dia menghubungi ibunya yang sedang sibuk bekerja dan
dengan kesal Ji Hye mengadu pada ibunya.
Sampainya
di rumah Ji Hye membongkar dokumen ibunya mencari alamat ayahnya, karena masa
lalu ayahnya yang memiliki banyak hutang jadi tak ada kepastian di mana ayahya
tinggal. Ji Hye baru menyadari baru saat ini dia berusaha mencari ayahnya.
Ibunya pulang dan kaget mendapati kamarnya yang berantakan, Ji Hye duduk diam
di sana, ibunya mencoba menenangkan , kalau Ji Hye tidak memerlukan ayahnya
untuk membuat paspor setelah beberapa tahun lagi. Tapi kenyataanya paspor itu
ia butuhkan saat ini bukannya beberapa tahun lagi. Ji Hye tak tahan lagi dan
melampiskan kemarahanya pada buku-bukunya.
Ji Hye marah bukan hanya karena tidak bisa membuat paspor tapi dia baru sadar
selama ini dia tak pernah memcoba mencari ayahya atau peduli di mana ayahya.
Tak
menyerah Ji Hye mecari alamat ayahnya di kamar Ji Han. Dia menemukan foto
keluarga mereka ketika masih bersama, dan menemukan surat yang dikirim ayahnya
untuk kakaknya. Tiba-tiba Ji Han muncul dan bertanya kenapa dia berada di
kamarnya. Ji Hye kaget dan mencoba beralasan
kalau di sana ada kecoak dan dia mecoba mengusirnya. Ji Hye tahu pasti sifat
kakanya yang tempramen . Dengan menyebutkan kata “Kecoak” Ji han yang begitu
marah awalnya berubah menjadi panik. Dengan lihai Ji Hye melarikan diri dari
kamar kakanya, dan yang ditinggal melompat-lompat histeris . Ji Han menyusul Ji
Hye ke kamarnya yang sudah dia kunci dari dalam. Ji Han terus berteriak dan
menendangi pintu kamar Ji Hye. Ji Hye di dalam kamar mencoba menghubungi alamat
pada surat yang dikirim ayahnya.
Di
sekolah Ji Hye menghadap gurunya memberitahukan kalau dia tak bisa mengikuti
program ke Inggris karena pasporya tidak bisa diterbitkan. Gurunya kecewa dan
marah dengan masalah itu, namun tiba-tiba ibu teman Ji Hye yang sedang
berkunjung ke sekolah menyapanya, ibunya Seong Yeon yang langsung mengenali Ji
Hye mencoba meredam kemarahan guru Ji Hye. Ji Hye dan keluarga Seong Yeon makan
bersama, dan ayah Seong Yeon yang seorang pengacara menawarkan bantuan untuk
menyelesaikan masalah paspor Ji Hye. Orang tua Seong Yeon senang karena
putrinya juga akan mengikuti program yang sama dengan Ji Hye dan percaya Seong
Yeon akan aman kalau pergi bersama Ji Hye ke Inggris.
Di
rumah Ji Hye dengan semangat belajar karena masalah paspornya terselesaikan.
Namun suasana berubah suram ketika ibunya dan Ji Han tiba, Ji Han terlibat
perkelahian dan harus membayar ganti rugi agar tidak masuk penjara. Ibu Ji Hye
menyarankan agar Ji Hye membatalkan rencananya pergi ke Inggris, karena mereka
harus berhemat untuk hidup. Dengan marah Ji Hye berkata, “Karena kakaknya
adalah kriminal, seharusya dia dipenjara.”
Esok
paginya Ji Hye menghadap gurunya membatalkan keikutsertaannya , dan dia
menjelaskan kali ini dia terkendala oleh biaya. Guruya pun pasrah karena tak
bisa membantu. Seong Yeon yang mengetahui masalah Ji Hye menawarinya bantuan,
tapi Ji Hye tak mau merepotkannya. Seong Yeo dan Ji Hye begitu akrab dan terlihat begitu jelas
perbedaan mereka , namun perbedaan itu mempererat persahabatan mereka. Ji Hye
yang pendiam dan mandiri sedangkan Seong Yeon yang ceria dan manja.
Ji Hye mendapat pesan dari ibunya yang mengajaknya makan malam di luar, karena
Ji Hye masih kesal alih-alih menjawab pesan ibunya, dia justru mematikan smart
phonenya.
Pulang
dari sekolah Ji Hye bertemu Ji Han di depan rumah yang bersiap pergi dengan
temannya . Tanpa mempedulikan kakaknya yang mencoba menyapanya Ji Hye berlalu
begitu saja. Teman Ji Han yang begitu penasaran bertanya, “Siapa dia?”
“Adikku” jawab Ji Han pendek.
Temanya terus bertanya tentang siapa nama adik Ji Han , berapa umurnya, bahkan
mengungkapkan kalau Ji Hye tidak mirip Ji Han. Tidak tahan dengan sikap Ji Hye
yang mengabaikannya, Ji Han mengajak temannya pergi. Ji Hye tidur di sofa saat
hpnya berbunyi, ternyata dari ayahya. Dengan canggung Ji Han menanyakan kabar
ayahnya, Ji Hye curiga kalau ayahnya sedang tidak sehat, tanpa mengelak ayahnya mengakui kalau
dia menderita kanker hati. Ayahnya mengungkapakan kesalahannya karena terlibat
banyak hutag sehingga tidak bisa bersama Ji Hye dan dia berharap bisa kembali
bersama keluarganya sebelum meninggal.
Pagi
hari saat sarapan Ji Hye bertanya kepada ibunya kenapa ibunya bercerai dengan
ayahnya, dan ibunya menjawab ayahnya selalu mabuk-mabukan, terlibat banyak
hutang dan peramal bilang mereka tidak bisa hidup bersama.
Ji Hye berjalan menuju kelas, gurunya memanggil dan memberitahunya kalau Ji Hye
bisa ikut pergi ke Inggris tanpa megkhawatirkan biayanya karena ada sponsor
dari Departemen Pendidikan yang akan menanggung semua biaya untuk Ji Hye. Dengan bahagia Ji Hye pergi ke kelas.
Ji Hye dan Seong Yeon ke toko buku , mereka membeli buku dan dengan tulusnya
Seong Yeon membayar buku yang dibeli Ji Hye dengan alasan sebagai ucapan
selamat atas kesempatan yang di dapat Ji Hye.
Sepulangnya dari toko buku mereka
bertemu kakak Ji Hye bersama teman-teman motornya. Ji Hye yang masih kesal dengan
Ji Han mengabaikanya , Ji Han hanya diam melihat saat Ji Hye dan Seong Yeon
lewat. Tapi teman Ji Han yang dulu pernah melihat Ji Hye menghadang mereka, dan
mencoba meyakinkan dirinya kalo Ji Hye adiknya Ji han yang pernah ia lihat. Ji
Han menyangkal dan bilang kalau Ji Hye bukan adiknya. Saat ada salah satu
temannya yang mencoba mengganggu Ji Hye , Ji Han langsung marah.
Di dalam bus Seong Yeon berkomentar kalau rombongan itu para berandal. Ji Hye
hanya diam melihat kakaknya dari dalam bus. Hp Ji Hye berbunyi , telfon dari
ayahnya.
Di
rumah Ji Hye melihat jangkrik yang bersuara dia menjatuhkan gelas yang ia
pegang dan berlari ke kamarnya.
Ji Hye menelfon ibunya yang sedang bersama teman-teman kantornya. Dia merengek
kenapa ibunya belum memanggil pembasmi serangga, dia tidak tahan dengan suara
jangkrik. Ibunya yang tidak mengerti alasan Ji Hye menutup telfonnya. Hp Ji Hye
berbunyi telfon dari ayahya lagi . Ji Hye yang sedang memiliki suasana hati
yang buruk mecopot battery hpnya.
Ji Han
sedang bersma teman-teman motornya dan salah satu temannya yang mengganggu Ji
Hye dulu mengejeknya kalau Ji Hye pecundang , takut pada adik perempuannya. Ji
Han masih kalem menghadapi celotehan temannya itu namun begitu marah saat
temannya mengatakan “Adik perempuanmu , aku tak akan mau kalaupun kau
memberikannya kepadaku.”
Merekapun berkelahi sampai temannya tercebur ke sungai dengan penuh emosi Ji
Han memukulinya, meskipun ada yang mencoba melerai mereka, begitu sulit karena
di dalam air.
Di
kelas Ji Hye mendapat hukuman karena tidak mengerjaka PR, Seong Yeon heran
karena ini pertama kalinya bagi Ji Hye yang memiliki prestasi bagus di sekolah.
Ji Hye diajak Soeng Yeon ke kantor ayahnya, di sana saat menunggu ayah Seong
Yeon yang sedang ada tamu Ji Hye terkejut melihat Ibu dan kakaknya keluar dari
ruangan ayah Seong Yeon. Ji Han hanya diam dan ibu bertanya kenapa Ji Hye ada
di sini saat melihat Ji Hye. Ji Hye malu dan begitu marah, dia pergi keluar ibu
mengejarnya.
Di luar gedung Ji Hye sudah bisa
menduga pasti Ji Han membuat masalah lagi. Ibu dan Ji Hye bertengkar, Ji Han
mencoba melerai tapi Ji Hye yang begitu marah malah merendahkan sikap dewasa Ji
Han, Ji Hye mengungkapkan bahwa dia malu punya keluarga seperti itu. Ibu refleks
menampar Ji Hye .
Dengan penuh emosi Ji Hye berlari meninggalkan kakak dan Ibunya. Dia menangis
di sepanjang jalan .
“Kecoak”
“Keluarga kecoak, sebuah keluarga yang bahkan lebih berisik.”
“Aku hidup di dalam keluarga kecoak , berfikir bahwa aku ini manusia.”
“Tapi ketika ibuku menamparku , aku sadar.”
“Ah, aku dulu adalah kecoak di dalam keluarga ku. Diam sepanjang waktu.” Semua
kalimat itu terucap dari dalam hati Ji Hye.
Ibu
menanti Ji Hye di depan rumah sambil mencoba menghubunginya, Ji Hye muncul dan
tak bersemangat menanggapi kekhawatiran ibunya. Dia berjalan masuk rumah
setelah berkata kepada ibunya agar ibunya tak ikut campur urusannya . Ayah Ji
Hye menghubunginya, dengan cuek ia menjawab pertanyaan ayahnya. Ji Hye tak
mempedulikan ide ayahnya yang ingin kembali hidup bersama-sama lagi. Ji Hye
beralasan kalau dia sibuk, dan ingin mengakhiri obrolan mereka, tanpa Ji Hye
sadari kondisi ayahya di seberang sana. Ayahnya
berpesan agar Ji Hye jangan hidup seperti itu, belum selesai pesan ayahnya
sambungan telfonnya terputus.
Ji Hye
sedang mengerjakan soal ujian di kelas dia tidak bisa berkonsentrasi karena
teringat percakapan dengan ayahnya semalam.
Ji Hye dan Seong Yeon berada di pinggir danau , mereka membahas tes yang baru
saja mereka lalui.
Ji Hye sampai di rumah tanpa semangat karena tadi dia tidak bisa konsentrasi
saat ujian. Ibu dan Ji Han hanya duduk dalam diam, Ji Hye mencoba bertanya apa
yang sedang terjadi. Ibu malah bertanya kenapa hp Ji Hye tidak bisa dihubungi,
Ji Hye menjawab kalau hari ini dia ada tes.
Ji Han berkata kalau ayah mereka meninggal dunia. Ayahnya tergeletak meninggal
di jalan. Dan keluarganya juga tak ada yang bisa dihubungi. Mereka medapat
kabar itu dari pihak yang mencari Ji Hye karena Ji Hye ada di daftar keluarga
ayahnya. Ibu mengungkapkan masalah yang terjadi sebenarnya mereka tidak tahu
bisa menghadiri pemakaman atau tidak karena kalau mereka hadir berarti mereka
akan menanggung warisan hutang yang ditinggalkan ayah Ji Hye.
Ibu menyarankan agar memikirkan masalah ini sampai besok pagi.
Di
halaman sekolah Ji Hye dan Seong Yeon bertemu ayah Seong Yeon yang menjemput putriya.
Dengan ramah ayah Seng Yeon menyapa dan menawari tumpangan pada Ji Hye untuk pulang.
Dengan sopan Ji Hye menolaknya, lalu ayah Seong Yeon mengucapkan belasungkawa
atas kepergian ayah Ji Hye. Ji Hye memberi hormat dan berjalan pulang.
Sampainya di rumah dia menuju kamar Ji Han dan membaca surat yang dulu dikirim
ayahnya untuk Ji Han. Di dalamnya meskipun surat itu untuk Ji Han namun isinya
semua tentang Ibu dan Ji Hye.
Di pinggir sungai Ji Han duduk diam bersama teman-teman motornya, Ji Hye
menghampirinya dan mengajaknya pulang. Ji Han diam dan bangkit , Ji Hye
menggandeng tangannya. Mereka pulang bersama. Sampainya di rumah Ji Hye
memberitahu kakak dan ibunya dia akan membuat surat penolakan warisan dari
ayahya karena warisan itu adalah semua hutang ayahnya. Dan saran itu ia dapat
dari ayah Seong Yeon. Mereka juga dianjurkan lebih baik tidak menghadiri
pemakaman ayahya. Ji Han hanya menanggapinya dengan dingin
“Penolakan atau apapun itu, tulis saja besok.”
“Bahagia?” Ji han menambahkan “Aku pergi.”
Saat
Ji Han memakai sepatunya, Ji Hye beridiri menuju kamarnya, Ibunya mulai
menangis.
Ji Han menangis, Ji Hye pun terduduk dan ikut menangis.
“Anjing menggonggong, Cicadas mendenging,Kami bertiga menangis dengan cara yang
berbeda.”
“Manusia menangis dalam rangka bertahan hidup dengan caranya masing-masing.”
Ji Hye tiba-tiba sadar dengan pesan terakhir ayahnya, yang menyuruh Ji Hye
tidak hidup seperti itu. Hi
dup dengan menutup telinga terhadap tangisan kakak
dan ibunya.
Di
pagi hari yang cerah Ji Hye ribut mencari paspornya, dia
akan ke Inggris. Ji Han mengeluh kenapa nasi
yang ia masak belum matang, dia mengira rice cooker barunya rusak. Ibu ikut
panik mencari paspor Ji Hye. Setelah menemukan paspornya, Ji Hye ingin langsung
berangnkat tapi Ji Han menahanya karena hari ini pertama kalinya dia memasak
nasi dan itu hadiah spesial untuk Ji Hye yang akan tinggal di luar negeri.